Apa itu Jahe Gajah? Habitat Asli dan Cara Budidaya

jahe gajah adalah

Jahe gajah adalah salah satu jenis jahe yang sangat disukai di pasar international yang biasanya difungsikan sebagai tanaman obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Ciri khas dari jahe satu ini adalah memiliki ukuran yang besar namun rasanya tidak pedas seperti jahe kbanyakan. Jika dilihat dari dagingnya ataupun rimpang, biasanya berwarna putih sampai dengan kuning.

Jahe gajah adalah salah satu jenis jahe yang sangat dibutuhkan, baik dalam pasar lokal maupun pasar internasional. Membudidayakan jahe gajah ini dengan cara yang tepat akan membuat produksinya juga lebih maksimal, sehingga keuntungan yang akan anda peroleh juga tentunya lebih banyak.

Habitat Jahe Gajah

Jahe gajah ini akan tumbuh dengan lebih optimal dengan ketinggian 400-800 dibawah permukaan laut, yang memiliki suhu berkisar antara 20-20 derajat celcius. Jahe merah juga kan tumbuh lebi subur ketika di dalam tanah tersebut terkandung bahan organik yang ber-PH 5,5-7. Tanaman ini juga merupakan tanaman yang membutuhkan pencahayaan matahari yang cukup lama, yaitu 8 jam per hari serta dengan kelembapan udara yang tinggi yaitu RH 60-90%.

Cara Budidaya Jahe Gajah

Cara Budidaya Jahe gajah ini dikembangbiakkan dengan cara vegetatif menggunakan rimpang. Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, maka tanaman yg dijadikan induk minimal harus berumur 10 bulan. Tanda-tanda tanaman itu siap dijadikan indukan adalah daun tanaman tersebut sudah kering serta mati disetiap bagian. Rimpang yang baik adalah yang memiliki 2 mata tunas, serta tidak cacat ataupun terkena penyakit.

Baca Juga: Tips Merawat Merpati Kolong Juara

Untuk satu hektar lahan, maka rimpang yang dibutuhkan adalah 1,2 ton.
Pembuatan bedengan danpengolahan tanah sebelum dilakukan penanaman adalah hal yang penting.

Pegolahan ini bertujuan untuk memeprcepat pelapukan, memperbaiki dari struktur tanah, memberantas gulam, dan memperbaiki drainase. Sedangkan bedengan dibuat untuk mendapatkan lapisan tanah bagian atas yang tebal serta untuk memudahkan dalam pemeliharaan jahe gajah.
Jahe gajah ini akan lebih baik ketika ditanam pada awal musim hujan dengan menggunakan pola monokultur atau tumpangsari. Pola tumpangsari dapat dilakukan dengan bawah merah ataupun cabe rawit. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan produksi panen dan juga pendapatan.

Agar pertumbuhan jahe gajah ini lebih maksimal, maka pemeliharaan tanaman mutlak dilakukan. Saalh satu hal penting adalah masalah pengairan, terutama ketika di masa awal pertumbuhan, sebab tanaman ini sangat membutuhkan air yang mencukupi. Proses pengairan ini harus secara rutin dilakukan dan mulai untuk dikurangi di saat rimpang mendekati fase penuaan, sebab rimpang bisa busuk apabila tanahnya terlalu basah.

Jika anda menemukan ada rimpang yang bermasalah, maka segeralah lakukan penyulaman untuk mempertahankan hasil produk yang hendak dipanen. Penyiangan juga perlu dilakukan saat gulma sudah dirasa mengganggu. Untuk menjaga agar jahe gajah tersebut tidak rebah, anda bisa melakukan pembubunan ketika umur jahe gajah tersebut sekitar 1-1,5 tahun.

Untuk pemanenan, maka dianjurkan memakai garpu tangan. Sangat tidak dianjurkan memanen menggunakan cangkul, sebab jahe yang tercangkul bisa terpotong. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap grade jika hendak di export.

Baca Juga: Cara Memilih Indukan Kambing Super

Tentunya jika gradenya menurun, harganya juga menjadi lebih murah. Setelah dipanen, jahe didiamkan terlebih dahulu selama sekitar 1-2 hari di dalam gudang penyimpanan. Hal ini dilakukan agar tanah-tanah yang menempel pada rimpang jahe bisa mengering dan luruh. Sebab salah satu syarat jahe gajah yang hendak di export adalah jahe dalam kondisi bersih serta tidak ada tanah yang menempel padarimpang.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama